Banjir yang
terjadi hampir merata di seluruh Pulau Jawa pada akhir tahun 2007 dan awal
tahun ini sungguh
tidak bisa
dianggap ringan. Puluhan jiwa melayang, ribuan penduduk menjadi sengsara, dan
infrastruktur
yang telah
dibangun dengan biaya miliaran bahkan
mungkin triliunan rupiah harus luluh lantak.
Banjir
sempat surut. Bahkan, bumi Indonesia sempat
kering akibat hujan yang tidak turun dalam dua minggu. Periode kering ini secara regional wilayah
Indonesia hanya bertahan hingga sekitar
tanggal 20 Januari 2008.
Kini curah
hujan terus mengguyur sebagian wilayah
Indonesia hingga puncak musim hujan untuk wilayah
Indonesia
pada minggu terakhir bulan Januari hingga
Februari 2008. Prakiraan ini didasarkan pada perilaku
gelombang
atmosfer yang dominan memengaruhi cuaca saat
ini, yaitu gelombang intramusim yang dikenal dengan Madden Julian Oscillation (MJO).
Berdasarkan
pemantauan gelombang MJO kemudian sudah meninggalkan wilayah Indonesia dan
berada di sebelah timur wilayah
Indonesia. Dalam waktu beberapa hari
ini, gugus awan ini kembali berada di sebelah barat wilayah Indonesia (Samudra Indonesia). Di
Indonesia bagian barat, seperti Jakarta
dan Sumatera, tumbuh awan-awan konvektif
yang biasanya turun menjadi hujan pada
siang hingga sore hari. Ketika gugus awan sudah
berada di wilayah Indonesia, hujan akan turun sepanjang hari dan malam, seperti terjadi
akhir-akhir ini. Pada saat inilah
peluang terjadinya banjir di wilayah
Indonesia sangat besar.
Lalu apa
yang bisa kita lakukan untuk mengantisipasi terjadinya banjir ini? Tanpa
mengecilkan arti dari
berbagai
upaya yang telah dilakukan berbagai pihak, sebenarnya Badan Pengkajian dan
Penerapan Teknologi (BPPT) mempunyai kemampuan antisipasi banjir dengan sebuah
teknologi untuk memodifikasi cuaca.
Teknologi
Modifikasi Cuaca (TMC)
Pesawat sedang melakukan penyemaian awan untuk merangsang terjadinya hujan |
selama ini banyak berfungsi untuk menambah curah hujan.
Dalam fungsinya menambah curah hujan, teknologi ini dilaksanakan dengan memasukkan bahan semai yang
bersifat higroskopis dengan ukuran 1-100
mikron (µ).
Bahan semai
yang berukuran kurang dari 10 µ ini
berfungsi untuk meningkatkan energi awan sehingga
menambah
suplai uap air yang masuk ke dalam sistem
awan.
Sedangkan
bahan semai yang berukuran lebih dari 10 µ
berfungsi mempercepat proses-proses di dalam awan sehingga cepat turun
menjadi hujan.
Dalam usaha
menambah curah hujan, awan yang disemai
adalah awan yang diperkirakan akan turun menjadi hujan di daerah yang memerlukan tambahan hujan.
Modifikasi
teknologi TMC
Kemudian
bagaimana TMC bisa mengantisipasi banjir? Dengan mempertimbangkan konsep TMC
untuk menambah curah hujan, dengan
sedikit saja modifikasi, teknologi ini
juga bisa digunakan untuk mengantisipasi (atau
bisa diartikan mencegah) terjadinya banjir (akibat curah hujan tinggi).
Modifikasi
yang dimaksud adalah sebagai berikut:
Bahan semai
yang digunakan adalah bahan semai
higroskopis dengan ukuran lebih dari 10 µ-100 µ. Agar lebih aman dari kemungkinan terjadinya
peningkatan curah hujan, bisa saja
digunakan bahan semai higroskopis dengan
ukuran 30-100 µ. Dengan cara ini,
penyemaian awan hanya bertujuan untuk mempercepat terjadinya hujan. Mekanisme ini disebut juga
sebagai jumping process.
Awan-awan
yang disemai adalah awan-awan yang masih berada di atas laut dan diperkirakan
(dengan mengukur kecepatan angin dan
posisi awan) dalam tiga jam ke depan
masih berada di atas laut. Dengan cara ini, bisa dipastikan awan-awan yang disemai akan jatuh
di lautan karena awan-awan yang disemai
akan turun menjadi hujan dalam waktu
kurang dari dua jam akibat mekanisme
jumping
process.
Dari segi
teknis, teknologi ini tidak terlalu sulit dilaksanakan BPPT karena BPPT (melalui
bagian
organisasinya,
yaitu Unit Pelaksana Teknis Hujan
Buatan) sudah mempunyai pengalaman puluhan tahun dan sekarang sudah
memiliki alat-alat canggih untuk melakukan tugas-tugas seperti yang penulis
sebutkan di atas.
Akan tetapi,
bagaimanapun, teknologi ini tidak bisa menjamin untuk tidak akan terjadinya
banjir di wilayah
Indonesia.
Meski demikian, teknologi ini akan cukup
signifikan dalam mengurangi curah hujan yang jatuh di wilayah daratan Indonesia, yang pada akhirnya
bisa mengurangi peluang terjadinya
banjir.
No comments:
Post a Comment