Saturday, January 5, 2013

Review Jurnal 4.1 PENINGKATAN PRODUKTIVITAS KOPERASI SERBA USAHA ”SUBAK KEDUA”MELALUI PENERAPAN MOBIL SLEP “3 IN 1”


Budiana, D., A. Subagia, A. Suryawan, dan G. Karohika
Jurusan Teknik Mesin, Universitas Udayana, Bali

ABSTRAC
Peguyangan Kangin village has rice land about 77.65% of the total area of the village, and 37.33% of the population in the village has a daily job as farmers and laborers of farms.Most of the farmers and rural laborers in Peguyangan Kangin has joined 3 subak organisations. One of the Subaks is the second subak Peguyangan Kangin having Koperasi Serba Usaha. Types of the cooperation operation are such as savings and loan units, units of livestock, fisheri existes units, and units of service. Based on profile data Peguyangan Kangin village in 2008, control of economic assets was handled by the public in the form of assets and agricultural machinery industry . There are only 2 engines and 3 rice mills tractor operates in this village, and they belong to personal property ownership status. if the ratio is calculated using the average means the rice milling machine 1 serving approximately 151.9 hectares of rice fields. It means facilities of agricultural machinery is still unadequate and the distance from the fields to place far enough away so that the mill needs transport that eventually lead to the transportation costs burdening farmers. Through the program ‘vucer team’ that has been successfully designing and
building cars slep 3 in 1 whereas the car is equipped with a diesel engine dafa 24 pk brand that serves to move the 3 engines at once; slep machines, polishing machines, and machine rice thresher. From the results of experiments or demonstrations using cars slep 3 in 1 is obtained very satisfactory results, which in this 1-hour car can get as much slep dried grain with 125 kg of very clean rice yields.

Keywords: Koperasi, subak, slep machines, polishing machines, and machine rice
thresher

PENDAHULUAN
Bali saat ini telah banyak mengalami alih fungsi lahan pertanian menjadi perkantoran maupaun pemukiman. Menurut Ketua Dewan Pimpinan Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Provinsi Bali N. Suparta (Tani Merdeka ;2008) di Bali per tahun terdapat 850 Hektar dari 82.000 Hektar lahan pertanian yang ada beralih fungsi, atau setiap tahun terjadi alih fungsi lahan sekitar 0,9% dari total luas lahannya. Seiring dengan terhimpitnya daerah pertanian oleh gedung-gedung perkantoran dan pemukiman, di Kota Denpasar tepatnya di Kecamatan Denpasar Utara, Desa Peguyangan Kangin banyak terdapat daerah pertanian yang masih aktif dan subur. Luas tanah sawah adalah sebesar 77,65% dari total luas desa Peguyangan Kangin, dan 37,33% penduduk di desa Peguyangan Kangin memiliki mata pencaharian sebagai petani dan buruh tani. Sebagian besar petani dan buruh tani di Desa Peguyangan Kangin tergabung dalam 3 (tiga) organisasi subak. Salah satu subak yang ada adalah Subak Kedua Desa Peguyangan Kangin. Subak ini memiliki Koperasi Serba Usaha Subak Kedua yang sudah berbadan Hukum : 94/505/BH.DISKOP/PKM 27 Juli 2004. Jenis Usaha pada Koperasi ini meliputi unit simpan pinjam, unit peternakan, unit perikanan, serta unit jasa. Keberadaan koperasi ini sangat membantu para petani yang menjadi anggotanya. Jumlah anggota Subak ini adalah 68 orang anggota tetap, dan anggota tidak tetap yang terdiri dari seluruh anggota Subak Kedua.
Berdasarkan data profil Desa Peguyangan Kangin tahun 2008 penguasaan aset ekonomi oleh masyarakat berupa aset industri dan mesin pertanian diantaranya terdapat 2 (dua) mesin penggilingan padi dan 3 (tiga) traktor, yang status kepemilikannya milik perorangan. Jika dihitung rasio pemakaian rata-rata berarti 1 mesin penggilingan padi (slep) melayani kurang lebih 151,9 hektar sawah. Itu berarti fasilitas mesin pertanian masih sangat kurang dan jarak dari sawah menuju tempat penggilingan cukup jauh sehingga diperlukan alat pengangkut yang akhirnya menimbulkan biaya pengangkutan yang membebani petani.
Koperasi Serba Usaha Subak Kedua sampai saat ini tidak memiliki fasilitas mesin penggilingan padi, padahal koperasi ini beranggotakan ratusan petani. Oleh karena itu perlu pengadaan mesin slep untuk memproses padi hasil panen petani di subak tersebut. Melalui penerapan mobil slep “3 In 1“ berjalan ini diharapkan koperasi tidak saja melayani petani anggota koperasi tetapi juga melayani petani subak desa lain.
Potensi Desa Peguyangan Kangin yang memiliki daerah persawahan cukup luas tetapi tidak diikuti dengan fasilitas pendukung pasca panen, maka diperlukan suatu peralatan yang dapat memfasilitasi tiga proses produksi pasca panen yang meliputi perontok padi, pemecah kulit padi (slep) serta poles beras sekaligus dengan kualitas yang baik. Permasalahannya adalah bagaimana memodifikasi peralatan yang dapat memfasilitasi proses produksi tersebut.

METODE PEMECAHAN MASALAH
Metode yang digunakan dalam kegiatan ini adalah demonstrasi dan praktek langsung perakitan mesin slep di lokasi. Kahalayak sasarannya adalah pengurus Koperasi Serba Usaha Subak Kedua, Peguyangan Kangin dan masyarakat tani sekitarnya. Keterlibatan pengurus koperasi secara langsung sangat penting agar dalam pengoperasian selanjutnya mereka memahami, disamping juga dilatih petugas teknis yang secara khusus yang nantinya mengoperasikan mesin tersebut. Adapun secara teknis spesifikasi dari mesin – mesin fungsional yang digunakan ditunjukkan pada Tabel 1 dan Tabel 2, sedangkan desain mobil slep di tunjukkan pada Gambar 1,2, 3 dan 4.

Tabel 2. Data Teknis Mesin Pecah Kulit


sumber rizka desti arini / 26211313






No comments:

Post a Comment