Putu
Agus Ardiana
Jurusan
Akuntansi,
Fakultas
Ekonomi Universitas Udayana
Luh
Kartini Eka Sari
Jurusan
Akuntansi,
Fakultas
Ekonomi Universitas Udayana
http://ojs.unud.ac.id/index.php/jiab/article/view/2626/1839
http://ojs.unud.ac.id/index.php/jiab/article/view/2626/1839
ABSTRACT
This
paper aims to investigate independent variables affecting profitability of
cooperatives in Buleleng, Bali proxied by a ratio of earnings and total assets through
an econometric modeling. We initially identified 18 variables affecting the
ratio but we then dropped a number of independent variables insignificantly affecting
the ratio. Conducting 15 modelling, the last econometric model is a BLUE (Best
Linear Unbiased Estimators) model implying that the model has no classical
assumptions problems at all. The BLUE model suggests that independent variables
affecting profitability of cooperatives in Buleleng, Bali are current assets,
debt to total assets, age, and the number of member of cooperatives.
Keywords :
Cooperatives, Profitability, Current Assets, Debt to Total Assets, Age,
and The Number of
Members of Cooperatives
I. PENDAHULUAN
Salah
satu masalah makroekonomi yang dihadapi oleh Indonesia saat ini adalah masih
banyaknya penduduk miskin. Penduduk miskin adalah penduduk yang mengkonsumsi
kalori kurang dari 2.100 per kapita dan tidak dapat memenuhi kebutuhannya yang
paling mendasar (Panggabean, 2004). Data Badan Pusat Statistik (BPS, 2010)
menunjukkan bahwa jumlah penduduk miskin sampai dengan Maret 2009 mencapai
32,53 juta, 36,61% di antaranya (11,91 juta orang) tinggal di perkotaan dan
63,39% (20,62 juta orang) tinggal di pedesaan. Di sisi lain tingkat
pengangguran terbuka juga masih tinggi, yaitu mencapai 9,26 juta per Februari
2009. Data ini menunjukkan bahwa semua sektor kekuatan ekonomi termasuk koperasi
belum berperan melaksanakan fungsi dan perannya dalam meningkatkan kesejahteraan,
mempertinggi kualitas kehidupan, serta memperkokoh perekonomian rakyat secara
bersama melalui wadah koperasi.
Jumlah koperasi
pada tahun 1997 adalah 52.458 unit, sedangkan pada tahun 2009 per Juni
meningkat menjadi 166.155 unit. Dari 52.458 unit koperasi pada tahun 1997,
32.900 unit merupakan koperasi aktif dan 13.258 unit merupakan koperasi tidak
aktif. Sebaliknya, yang terjadi per Juni 2009 adalah 118.616 unit dari 166.155
unit merupakan koperasi aktif dan 47.539 unit merupakan koperasi tidak aktif.
Selain jumlah koperasi yang meningkat, jumlah anggota juga mengalami
peningkatan sebesar 8.698.613 orang. Demikian pula dengan volume usaha yang meningkat dari Rp14.643.545,00 pada tahun 1997 menjadi
Rp55.260.796,96 per Juni 2009.
Rentabilitas suatu entitas menunjukkan
perbandingan antara laba dengan aset atau modal yang menghasilkan laba tersebut
(Riyanto, 2001). Rasio rentabilitas lebih informatif daripada laba yang
dilaporkan karena rasio rentabilitas menunjukkan tingkat efisiensi (sekaligus
produktivitas) suatu entitas. Entitas dengan tingkat efisiensi (dan
produktivitas) yang tinggi diindikasikan dengan lebih banyak output yang
dihasilkan dari input tertentu atau lebih sedikit input
yang digunakan untuk menghasilkan output tertentu
Guan, Hansen, dan Mowen, 2009). Dengan demikian, maka yang harus diperhatikan
oleh koperasi adalah memberdayakan aset yang terbatas untuk mencapai sisa hasil
usaha (SHU) yang maksimal.
Semakin tinggi tingkat rentabilitas suatu
entitas maka semakin tinggi tingkat efisiensi penggunaan modalnya. Dalam
penentuan kebijakan modal kerja yang efisien, entitas dihadapkan pada masalah
adanya pertukaran (trade off) antara faktor likuiditas dan profitabilitas (Van Horne,
1997). Jika entitas memutuskan menetapkan modal kerja dalam jumlah yang besar, kemungkinan
tingkat likuditas akan terjaga. Namun, kesempatan untuk
memperoleh laba yang besar akan menurun yang pada akhirnya
akan berdampak terhadap penurunan profitabilitas. Jika dipandang dari sudut pemilik
entitas, likuiditas yang tinggi tidak selalu menguntungkan Karena berpeluang
menimbulkan dana-dana yang menganggur yang sebenarnya dapat digunakan untuk
berinvestasi dalam proyek-proyek yang menguntungkan entitas (Tunggal, 1995).
Struktur aset sangat berpengaruh terhadap
besarnya laba yang dihasilkan. Apabila proporsi aset terbesar adalah piutang
dari penyaluran kredit, maka piutang dari penyaluran kredit (kategori lancar
atau performing loans) akan meningkatkan pendapatan yang diterima entitas karena performing loans ini
merupakan income-generating asset dalam bentuk pendapatan bunga (Wild, Subramanyam, dan Halsey,
2007). Dengan kata lain, semakin besar proporsi piutang dari
penyaluran kredit yang dilakukan koperasi maka pendapatan koperasi semakin
meningkat dan menyebabkan peningkatan laba yang dihasilkan. Peningkatan laba
ini akan meningkatkan rentabilitas ekonomi koperasi.
Menurut Brigham dan Houston (2004),
tingkat leverage operasi yang tinggi memiliki konsekuensi bahwa perubahan
pendapatan dalam jumlah yang relatif kecil akan mengakibatkan perubahan yang
besar dalam profitabilitas. Entitas yang meningkatkan utangnya akan
mengkonsentrasikan risiko bisnisnya kepada para pemilik sehingga terdapat
hubungan yang positif antara leverage
dan profitabilitas. Teori yang
diungkapkan oleh Brigham dan Houston (2004) tersebut dilengkapi oleh Jensen
(1986). Menurut Jensen
(1986), utang memainkan peran penting dalam memotivasi manajer
untuk meningkatkan efisiensi organisasi dan rasio utang yang optimal diperoleh ketika
tambahan manfaat (marginal benefit) dari utang tersebut sama dengan tambahan biayanya (marginal cost).
Pada range tertentu, yaitu pada saat marginal
benefit lebih besar daripada marginal cost, profitabilitas
meningkat sampai titik tertentu seiring dengan meningkatnya utang. Akan tetapi,
profitabilitas menurun seiring dengan meningkatnya utang pada saat marginal cost lebih
besar daripada marginal benefit.
Umur entitas merupakan ukuran lamanya
suatu entitas tersebut beroperasi. Lamanya entitas beroperasi terkait dengan
pengalaman yang dimiliki oleh entitas tersebut. Semakin banyak pengalaman yang
dimiliki berpengaruh terhadap kinerja entitas dalam melaksanakan aktivitasnya. Menurut
Ebbinghaus (1885) dalam Weiss (1990), semakin tua usia atau umur entitas maka
efisiensi dalam melakukan suatu aktivitas semakin meningkat yang pada akhirnya
meningkatkan profitabilitas entitas tersebut. Rentabilitas ekonomi merupakan
salah satu proksi dari profitabilitas (Husnan dan Pudjiastuti, 2002). Dengan
demikian, semakin lama koperasi beroperasi maka koperasi diharapkan semakin
efisien dalam melaksanakan aktivitas sehingga semakin meningkatkan rentabilitas
ekonominya.
Menurut Maury dan Pajuste (2004), untuk
entitas yang bersifat tertutup (family-controlled
firms) dengan karakteristik (1) pemilik mayoritas
entitas memiliki hubungan keluarga, (2) jumlah suara terdistribusi merata di
antara pemilik mayoritas, dan (3) pemilik minoritas tidak memiliki kekuatan monitoring kepada
pemilik mayoritas maka terdapat hubungan yang positif antara jumlah pemilik dan
nilai entitas (the firm’s value). Peningkatan nilai entitas (the firm’s value)
tercermin pada peningkatan kesejahteraan pemilik (the owner’s wealth)
(Ross, Westerfield, Jaffe, Jordan, 2008). Peningkatan kesejahteraan pemilik
terjadi pada saat modal akhir lebih besar daripada modal awal akibat dari
peningkatan laba yang diperoleh. Dalam konteks koperasi anggota merupakan
pemilik koperasi, operasinya bersifat kekeluargaan, dan jumlah suaranya
terdistribusi merata di antara anggota sehingga teori yang diungkapkan oleh
Maury dan Pajuste (2004) dapat diterapkan di koperasi. Semakin banyak anggota
koperasi maka nilai koperasi semakin meningkat. Peningkatan nilai koperasi ini
tercermin pada peningkatan sisa hasil usahanya (SHU).
Sebuah koperasi simpan pinjam dan koperasi
kredit melakukan kegiata usaha dengan cara menghimpun dan menyalurkan dana
kepada anggota dan calon anggota. Kegiatan menghimpun dana dilakukan dalam
bentuk simpanan berupa tabungan sukarela. Dana yang terhimpun disalurkan kepada
anggota dan calon anggota melalui penyaluran kredit untuk mencegah agar tidak
ada dana koperasi yang menganggur (idle
fund) dan tidak produktif yang berimplikasi
pada penurunan tingkat rentabilitas.
Kabupaten Buleleng adalah kabupaten
terluas di Propinsi Bali dengan luas daerah 1.365,88 km2 atau 24,25% dari luas
Pulau Bali (www.pubali.go.id). Selain sebagai daerah yang terluas, Kabupaten
Buleleng juga memiliki jumlah penduduk yang banyak, yaitu 575.038 jiwa (BPS
Bali, 2010). Kecamatan Buleleng merupakan kecamatan yang jumlah koperasinya paling
banyak yaitu, sebanyak 171 koperasi. Dari 171 koperasi tersebut, 27 di antaranya
merupakan Koperasi Simpan Pinjam (KSP) dan 2 koperasi merupakan koperasi
kredit.
Tinggi rendahnya rentabilitas ekonomi
dipengaruhi oleh banyak variabel. Variabel penduga (independent variables)
yang teridentifikasi mempengaruhi rentabilitas ekonomi adalah aset lancar,
rasio aset tetap dibagi utang jangka panjang, rata-rata piutang setelah
dikurangi cadangan kerugian piutang, cash
ratio, debt
to total assets, fixed
assets turnover, kas, LDR, perputaran piutang, pengumpulan
piutang, profit margin, total assets turnover,
total aset, total utang, utang lancar, ROI, umur, dan jumlah
anggota. Dalam rangka menginvestigasi variabel-variabel yang berpengaruh terhadap
rentabilitas ekonomi maka perlu dirancang sebuah model ekonometrika berdasarkan
independent variables yang teridentifikasi tersebut. Model ekonometrika yang
dimaksud adalah model regresi dengan metode OLS (Ordinary Least Squares) yang bersifat BLUE (Best
Liniear Unbiased Estimator).
Model regresi yang bersifat BLUE ini diperoleh apabila
memenuhi tujuh asumsi klasik yang disyaratkan oleh Studenmud (2006).
Penelitian ini bertujuan (1) mengetahui
model ekonometrika rentabilitas ekonomi di Koperasi Simpan Pinjam dan Koperasi
Kredit di Kecamatan Buleleng yang bersifat BLUE, (2) mengetahui pengaruh
serempak variabelvariabel bebas dari model ekonometrika yang BLUE tersebut
terhadap rentabilitas ekonomi di Koperasi Simpan Pinjam dan Koperasi Kredit di
Kecamatan Buleleng, dan (3) mengetahui pengaruh parsial
variabel-variabel bebas dari model ekonometrika yang BLUE tersebut terhadap
rentabilitas ekonomi di Koperasi Simpan Pinjam dan Koperasi Kredit di Kecamatan
Buleleng.
sumber rizka desti arini / 26211313
No comments:
Post a Comment