Saturday, January 5, 2013

review jurnal 5.1 PENGARUH VARIABEL ASET LANCAR, DEBT TO TOTAL ASSETS, UMUR, DAN JUMLAH ANGGOTA TERHADAP RENTABILITAS EKONOMI DI KOPERASI SIMPAN PINJAM DAN KOPERASI KREDIT DI KECAMATAN BULELENG, KABUPATEN BULELENG: SEBUAH PEMODELAN EKONOMETRIKA


Putu Agus Ardiana
Jurusan Akuntansi,
Fakultas Ekonomi Universitas Udayana
Luh Kartini Eka Sari
Jurusan Akuntansi,
Fakultas Ekonomi Universitas Udayana
http://ojs.unud.ac.id/index.php/jiab/article/view/2626/1839

ABSTRACT
This paper aims to investigate independent variables affecting profitability of cooperatives in Buleleng, Bali proxied by a ratio of earnings and total assets through an econometric modeling. We initially identified 18 variables affecting the ratio but we then dropped a number of independent variables insignificantly affecting the ratio. Conducting 15 modelling, the last econometric model is a BLUE (Best Linear Unbiased Estimators) model implying that the model has no classical assumptions problems at all. The BLUE model suggests that independent variables affecting profitability of cooperatives in Buleleng, Bali are current assets, debt to total assets, age, and the number of member of cooperatives.

Keywords : Cooperatives, Profitability, Current Assets, Debt to Total Assets, Age,
and The Number of Members of Cooperatives

I. PENDAHULUAN

Salah satu masalah makroekonomi yang dihadapi oleh Indonesia saat ini adalah masih banyaknya penduduk miskin. Penduduk miskin adalah penduduk yang mengkonsumsi kalori kurang dari 2.100 per kapita dan tidak dapat memenuhi kebutuhannya yang paling mendasar (Panggabean, 2004). Data Badan Pusat Statistik (BPS, 2010) menunjukkan bahwa jumlah penduduk miskin sampai dengan Maret 2009 mencapai 32,53 juta, 36,61% di antaranya (11,91 juta orang) tinggal di perkotaan dan 63,39% (20,62 juta orang) tinggal di pedesaan. Di sisi lain tingkat pengangguran terbuka juga masih tinggi, yaitu mencapai 9,26 juta per Februari 2009. Data ini menunjukkan bahwa semua sektor kekuatan ekonomi termasuk koperasi belum berperan melaksanakan fungsi dan perannya dalam meningkatkan kesejahteraan, mempertinggi kualitas kehidupan, serta memperkokoh perekonomian rakyat secara bersama melalui wadah koperasi.
Jumlah koperasi pada tahun 1997 adalah 52.458 unit, sedangkan pada tahun 2009 per Juni meningkat menjadi 166.155 unit. Dari 52.458 unit koperasi pada tahun 1997, 32.900 unit merupakan koperasi aktif dan 13.258 unit merupakan koperasi tidak aktif. Sebaliknya, yang terjadi per Juni 2009 adalah 118.616 unit dari 166.155 unit merupakan koperasi aktif dan 47.539 unit merupakan koperasi tidak aktif. Selain jumlah koperasi yang meningkat, jumlah anggota juga mengalami peningkatan sebesar 8.698.613 orang. Demikian pula dengan volume usaha yang meningkat dari Rp14.643.545,00 pada tahun 1997 menjadi Rp55.260.796,96 per Juni 2009.
Rentabilitas suatu entitas menunjukkan perbandingan antara laba dengan aset atau modal yang menghasilkan laba tersebut (Riyanto, 2001). Rasio rentabilitas lebih informatif daripada laba yang dilaporkan karena rasio rentabilitas menunjukkan tingkat efisiensi (sekaligus produktivitas) suatu entitas. Entitas dengan tingkat efisiensi (dan produktivitas) yang tinggi diindikasikan dengan lebih banyak output yang dihasilkan dari input tertentu atau lebih sedikit input yang digunakan untuk menghasilkan output tertentu Guan, Hansen, dan Mowen, 2009). Dengan demikian, maka yang harus diperhatikan oleh koperasi adalah memberdayakan aset yang terbatas untuk mencapai sisa hasil usaha (SHU) yang maksimal.
Semakin tinggi tingkat rentabilitas suatu entitas maka semakin tinggi tingkat efisiensi penggunaan modalnya. Dalam penentuan kebijakan modal kerja yang efisien, entitas dihadapkan pada masalah adanya pertukaran (trade off) antara faktor likuiditas dan profitabilitas (Van Horne, 1997). Jika entitas memutuskan menetapkan modal kerja dalam jumlah yang besar, kemungkinan tingkat likuditas akan terjaga. Namun, kesempatan untuk
memperoleh laba yang besar akan menurun yang pada akhirnya akan berdampak terhadap penurunan profitabilitas. Jika dipandang dari sudut pemilik entitas, likuiditas yang tinggi tidak selalu menguntungkan Karena berpeluang menimbulkan dana-dana yang menganggur yang sebenarnya dapat digunakan untuk berinvestasi dalam proyek-proyek yang menguntungkan entitas (Tunggal, 1995).
Struktur aset sangat berpengaruh terhadap besarnya laba yang dihasilkan. Apabila proporsi aset terbesar adalah piutang dari penyaluran kredit, maka piutang dari penyaluran kredit (kategori lancar atau performing loans) akan meningkatkan pendapatan yang diterima entitas karena performing loans ini merupakan income-generating asset dalam bentuk pendapatan bunga (Wild, Subramanyam, dan Halsey, 2007). Dengan kata lain, semakin besar proporsi piutang dari penyaluran kredit yang dilakukan koperasi maka pendapatan koperasi semakin meningkat dan menyebabkan peningkatan laba yang dihasilkan. Peningkatan laba ini akan meningkatkan rentabilitas ekonomi koperasi.
Menurut Brigham dan Houston (2004), tingkat leverage operasi yang tinggi memiliki konsekuensi bahwa perubahan pendapatan dalam jumlah yang relatif kecil akan mengakibatkan perubahan yang besar dalam profitabilitas. Entitas yang meningkatkan utangnya akan mengkonsentrasikan risiko bisnisnya kepada para pemilik sehingga terdapat hubungan yang positif antara leverage dan profitabilitas. Teori yang diungkapkan oleh Brigham dan Houston (2004) tersebut dilengkapi oleh Jensen (1986). Menurut Jensen
(1986), utang memainkan peran penting dalam memotivasi manajer untuk meningkatkan efisiensi organisasi dan rasio utang yang optimal diperoleh ketika tambahan manfaat (marginal benefit) dari utang tersebut sama dengan tambahan biayanya (marginal cost). Pada range tertentu, yaitu pada saat marginal benefit lebih besar daripada marginal cost, profitabilitas meningkat sampai titik tertentu seiring dengan meningkatnya utang. Akan tetapi, profitabilitas menurun seiring dengan meningkatnya utang pada saat marginal cost lebih besar daripada marginal benefit.
Umur entitas merupakan ukuran lamanya suatu entitas tersebut beroperasi. Lamanya entitas beroperasi terkait dengan pengalaman yang dimiliki oleh entitas tersebut. Semakin banyak pengalaman yang dimiliki berpengaruh terhadap kinerja entitas dalam melaksanakan aktivitasnya. Menurut Ebbinghaus (1885) dalam Weiss (1990), semakin tua usia atau umur entitas maka efisiensi dalam melakukan suatu aktivitas semakin meningkat yang pada akhirnya meningkatkan profitabilitas entitas tersebut. Rentabilitas ekonomi merupakan salah satu proksi dari profitabilitas (Husnan dan Pudjiastuti, 2002). Dengan demikian, semakin lama koperasi beroperasi maka koperasi diharapkan semakin efisien dalam melaksanakan aktivitas sehingga semakin meningkatkan rentabilitas ekonominya.
Menurut Maury dan Pajuste (2004), untuk entitas yang bersifat tertutup (family-controlled firms) dengan karakteristik (1) pemilik mayoritas entitas memiliki hubungan keluarga, (2) jumlah suara terdistribusi merata di antara pemilik mayoritas, dan (3) pemilik minoritas tidak memiliki kekuatan monitoring kepada pemilik mayoritas maka terdapat hubungan yang positif antara jumlah pemilik dan nilai entitas (the firm’s value). Peningkatan nilai entitas (the firm’s value) tercermin pada peningkatan kesejahteraan pemilik (the owner’s wealth) (Ross, Westerfield, Jaffe, Jordan, 2008). Peningkatan kesejahteraan pemilik terjadi pada saat modal akhir lebih besar daripada modal awal akibat dari peningkatan laba yang diperoleh. Dalam konteks koperasi anggota merupakan pemilik koperasi, operasinya bersifat kekeluargaan, dan jumlah suaranya terdistribusi merata di antara anggota sehingga teori yang diungkapkan oleh Maury dan Pajuste (2004) dapat diterapkan di koperasi. Semakin banyak anggota koperasi maka nilai koperasi semakin meningkat. Peningkatan nilai koperasi ini tercermin pada peningkatan sisa hasil usahanya (SHU).
Sebuah koperasi simpan pinjam dan koperasi kredit melakukan kegiata usaha dengan cara menghimpun dan menyalurkan dana kepada anggota dan calon anggota. Kegiatan menghimpun dana dilakukan dalam bentuk simpanan berupa tabungan sukarela. Dana yang terhimpun disalurkan kepada anggota dan calon anggota melalui penyaluran kredit untuk mencegah agar tidak ada dana koperasi yang menganggur (idle fund) dan tidak produktif yang berimplikasi pada penurunan tingkat rentabilitas.
Kabupaten Buleleng adalah kabupaten terluas di Propinsi Bali dengan luas daerah 1.365,88 km2 atau 24,25% dari luas Pulau Bali (www.pubali.go.id). Selain sebagai daerah yang terluas, Kabupaten Buleleng juga memiliki jumlah penduduk yang banyak, yaitu 575.038 jiwa (BPS Bali, 2010). Kecamatan Buleleng merupakan kecamatan yang jumlah koperasinya paling banyak yaitu, sebanyak 171 koperasi. Dari 171 koperasi tersebut, 27 di antaranya merupakan Koperasi Simpan Pinjam (KSP) dan 2 koperasi merupakan koperasi kredit.
Tinggi rendahnya rentabilitas ekonomi dipengaruhi oleh banyak variabel. Variabel penduga (independent variables) yang teridentifikasi mempengaruhi rentabilitas ekonomi adalah aset lancar, rasio aset tetap dibagi utang jangka panjang, rata-rata piutang setelah dikurangi cadangan kerugian piutang, cash ratio, debt to total assets, fixed assets turnover, kas, LDR, perputaran piutang, pengumpulan piutang, profit margin, total assets turnover,
total aset, total utang, utang lancar, ROI, umur, dan jumlah anggota. Dalam rangka menginvestigasi variabel-variabel yang berpengaruh terhadap rentabilitas ekonomi maka perlu dirancang sebuah model ekonometrika berdasarkan independent variables yang teridentifikasi tersebut. Model ekonometrika yang dimaksud adalah model regresi dengan metode OLS (Ordinary Least Squares) yang bersifat BLUE (Best Liniear Unbiased Estimator).
Model regresi yang bersifat BLUE ini diperoleh apabila memenuhi tujuh asumsi klasik yang disyaratkan oleh Studenmud (2006).
Penelitian ini bertujuan (1) mengetahui model ekonometrika rentabilitas ekonomi di Koperasi Simpan Pinjam dan Koperasi Kredit di Kecamatan Buleleng yang bersifat BLUE, (2) mengetahui pengaruh serempak variabelvariabel bebas dari model ekonometrika yang BLUE tersebut terhadap rentabilitas ekonomi di Koperasi Simpan Pinjam dan Koperasi Kredit di
Kecamatan Buleleng, dan (3) mengetahui pengaruh parsial variabel-variabel bebas dari model ekonometrika yang BLUE tersebut terhadap rentabilitas ekonomi di Koperasi Simpan Pinjam dan Koperasi Kredit di Kecamatan Buleleng.

sumber rizka desti arini / 26211313

No comments:

Post a Comment